Pasca wafatnya khalifah amirul mukminin Ali bin abi thalib, yang
dibunuh dalam "operasi pelenyapan para tokoh" tahun 661 M Ramadhan tahun
itu, keguncangan hebat melanda dunia muslim, kecuali pemerintahan
muawiyah di syam. serentak publik kufah, basrah, azerbaijan dan hijaz
bergerak memikirkan siapa pemimpin pengganti Ali bin abi thalib.
Sejenak setelah prosesi pemakaman jenazah amirul mukminin ali bin abi thalib selesai, publik kufah yang memadati masjid kufah, dipelopori oleh Qois bin saad bin ubadah (gubernur basrah zaman khalifah ali) melantik mewisuda Hasan bin ali bin abi thalib resmi tampil menjadi pelanjut kekhalifahan : ia memimpin prosesi baiat yang sakral di dunia islam itu.
Moment berduka penuh isak tangis yang menyayat hati, tumpang tindih dengan kesadaran bahwa di kubu lain masih kokoh bertengger kelompok anti Ali , juga tau persis masih eksisnya anasir-anasir pemberontak yang masih terus mengancam dan disaat yang sama tetap harus ada pemimpin baru yang mampu mengawal laju ajaran-ajaran al-quran dan sunnah nabi, membuat suasana pembaiatan ini diselimuti rasa yang aneh : mencekam namun bahagia, indah sekaligus menakutkan dan rindu bercampur dengan kebencian yang dalam.
● Satu bulan jalannya pemerintahan Amirul mukminin Hasan bin ali bin abi thalib
================================================================
Daerah-daerah kaum muslim selain Kufah, basrah dan Azerbaijan yang tak sejalan dengan naiknya Hasan bin Ali bin abi thalib tampil menjadi khalifah :
~ Syam : kubu muawiyah
~ Kharuriyah : Kota kelompok Ahlul haq (Nafi' bin azraq dkk) lazim disebut dg istilah "kelompok khawarij"
~ Hijaz (Mekah - Madinah) : kelompok Abdullah bin zubair
ketiga kelompok ini bergerak sendiri-sendiri, mengusung visi yang sama dengan Kelompok kufah. yang paling kuat adalah kelompok Syam, kubu muawiyah : ia sudah menguasai seluruh mesir, armenia, palestina, israel, terusan Suez dll
Khalifah Hasan bin Ali bin abi thalib tentu saja tidak mampu berbuat banyak menaklukkan berbagai wilayah ini : ia tidak punya cukup amunisi, kekayaan dan pasukan untuk menggempur mereka. alih-alih dirinya, bahkan ayahnya pun dulu juga tak mampu menstabilkan seluruh wilayah, utamanya wilayah syam.
meskipun desakan untuk menggempur terus menerus dinyalakan oleh pendukungnya, yang dipelopori oleh Qois bin saad bin ubadah, khalifah hasan tetap keukuh menolak konfrontasi.
hingga tiga bulan lamanya,kemudian, Khalifah Hasan bin ali bin abi thalib memutuskan memulai menggempur kubu syam, kubu muawiyah bin abi sufyan, yang nyata-nyata telah memplokamirkan diri sebagai khalifah sejak masa tahkim daumatul jandal, 659 M itu serta bahwa orang-orang kubu muawiyah telah mendesak masuk ke wilayah kufah dan sekitarnya, merebut desa-desa sekitar kufah yang semestinya menjadi wilayahnya Khalifah Hasan bin Ali bin abi thalib. dan bahkan sudah mempunyai garnisun sendiri yakni kota maskin.
ini jelas tidak bsia dibiarkan!
ini sangat berbahaya!
ini harus segera dihadapi dan dibersihkan.
caranya?
● Ekspedisi Penggempuran ke Syam
================================
Qois bin saad bin ubadah, yang setia kepada khalifah Hasan bin ali sejak awal, yang terus menggelorakan perlawanan untuk kubu syam, kini menyediakan 12 ribu pasukan : ia memilih memutuskan bergerak langsung menusuk jantung pemerintahan Syam daripada menyerangi antek-antek kubu syam yang berkeliaran disekitar kufah. ini keputusan cerdas namun berbahaya!
Pasukan dibagi dua :
Dipimpin oleh khalifah hasan bin ali sendiri, pasukan ini berderap menuju Madain, wilayah kaya raya bawahan pemerintahan Syam ini menjadi target utama penaklukan. karena lokasinya yang strategis dan kekayaannya amat penting utk gaji tentara kufah serta pintu masuk arah lain yang bisa mengepung damaskus.
Sementara Qois bin saad bin ubadah dan ribuan pasukannya berderap menuju Syam secara lurus, menusuk langsung ke jantung pemerintahan muawiyah, sekakigus untuk mengalihkan perhatian pandangan pasukan syam dari gerakan pasukannya khalifah hasan bin ali.
perjalanan dua pasukan sudah sampai titik sasaran. kekacauan internal tiba-tiba meledak!
berhembus kabar bahwa Qois bin saad bin ubadah mendadak tewas dalam perjalanannya.
isu ini mengguncang pasukan Qois, kekisruhan menyelimuti para laskar, kebingungan garis intruksi melanda pasukan, antar sesama laskar tak lagi mufakat dan kehabisan ide : pasukan ekspedisi menusuk jantung kota ke Syam ini melarikan diri meninggalkan kesatuan, berhamburan sendiri-sendiri tak tentu arah.
Tak hanya sampai disitu!
isu ini menyebar hingga sampai ke telinga pasukan yang dipimpin oleh khalifah Hasan bin Ali di Mada'in. dengan pasukan yang hanya sedemikian, ekspedisi ini bukan lagi penaklukan, malah justru akan menjadi "misi bunuh diri" yang mustahil dilanjutkan.
ketegangan, kepanikan, kegundahan, silang pendapat dan musyawarah tak segera menemui titik mufakat : sebagian pasukan mulai pergi meninggalkan kamp-kamp militer secara sembunyi-sembunyi. sebagian yang lainnya bahkan mendesak khalifah hasan bin ali untuk segera menginstruksikan pasukannya untuk mundur. namun khalifah hasan tampaknya tetap menolak. dan ia pun akhirnya diserang oleh (mungkin) pasukannya sendiri (mukhtar ats-tsaqofi dkk).
Ath-thobari menulis :
“Suatu Hari ketika orang-orang menjarah kemah khalifah Hasan bin ali, Mukhtar ats-tsaqofi pergi ke rumah Sa’ad bin Mas’ud ats-tsaqafi (paman Mukhtar). Mukhtar ketika itu masih muda.
~ Mukhtar berkata kepada Sa’ad ; "Apakah engkau ingin memperoleh harta dan kemuliaan?"
● Saad menyahut ; "Bagaimana caranya?"
~ Mukhtar menjawab ; “Tangkaplah Hasan dan serahkan kepada Muawiyah. Mintalah apapun yang engkau inginkan! pasti akan dikabulkan”
● Saad berkata ; “Laknat Allah ke atasmu!
Alangkah kejinya dirimu! Bagaimana mungkin keturunan putri Nabi Muhamad akan saya serahkan kepada musuh!”
(Sa’ad bin mas'ud adalah gubernur kota Madain yang diangkat oleh khalifah Ali bin abi thalib dahulu, dan pada masa ini ia hidup hidup terhina karena dilengserkan oleh muawiyah, diganti dengan orangnya muawiyah.)
Ath-thobari dan banyak muarrikh lain mencatat : penjarahan pada kemah hasan bin ali bin abi thalib ini juga diiringi dengan upaya pembunuhan dengan sasaran khalifah Hasan. ia diserang sedemikian rupa, darah terus mengucur, luka pahanya cukup dalam karena dihantam dengan pacul oleh para penjarah.
● Perjanjian damai : 'Amul jama'ah عام الجماعة
======================================
Ekspedisi Dua Sayap gagal total, Khalifah Hasan bin Ali bin abi thalib kembali ke kufah, Kota Garnisun kaum muslim di Persia, diusung dengan tandu oleh orang setianya.
Masa-masa yang menyakitkan, menyedihkan, tak bisa berbuat banyak, dunia muslim yang dirasakan tak lagi sejalan dengan pesan kakeknya dan kehiduoan islam yang penuh kemunafikan ini begitu amat menyesakkan dada sang cucu yang tampan rupawan ini. sementara disaat yang sama, ia harus tetap melanjutkan kehidupan dengan antusias.
Tak ada pilihan lain lagi kecuali berdamai dengan Muawiyah!
Tahta Khalifah Amirul mukminin adalah "Tumbal dan Harga yang harus dibayarkan!"
~ dengan narasi teks bunyi perjanjian antara dua kubu yang berbeda-beda diantara para muarrikh namun beberapa diantaranya punya kesamaan, Al-baladzuri menulis ;
“Muawiyah mengirimkan kertas kosong yang berstempel kepada Imam Hasan bin Ali bin abi thalib untuk supaya beliau menuliskan apa saja yang diinginkannya dan Imam Hasan pun membubuhkan tulisannya :
“Ini adalah surat perjanjian damai antara Hasan bin Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan yang sepakat berdamai dan menyerahkan urusan (wilayah) kaum Muslim kepadanya. Dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Hendaknya Muawiyah bertindak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
2. Tidak melantik seseorang untuk menjadi khalifah dan setelahnya urusan khilafah diselesaikan dengan permusyaratan kaum Muslimin.
3. Orang-orang dimanapun berada, harta, jiwa dan anak-anaknya berada dalam keadaan aman.
4. Muawiyah tidak boleh merongrong (melaknat) imam Ali secara diam-diam ataupun terang-terangan atau menakut-nakuti pengikutnya.
Perjanjian ini disaksikan oleh :
~ Abdullah bin Harits
~ Amru bin Salmah
● Perjanjian damai ini ditentang oleh para pendukung Khalifah Hasan bin ali sendiri, yang dulu turut membaiat beliau. diantaranya adalah :
- Hujr bin Adi
- Adi bin Hatim
- Musayyab bin Nujabah
- Malik bin Dhamrah
- Sufyan bin Abi Dalil
- Basyir Hamadani
- Sulaiman bin Shurad
- Abdullah bin Zubair
- Abu Sa’id, Qais bin Sa’ad
Pada riwayat yang lain dikatakan, Husein bin ali bin abi thalib, adinda khalifah Hasan itu juga menentang perjanjian damai ini.
Pasca Perjanjian damai ini, Hasan bin ali bin abi thalib kembali ke Madinah diiringi Husein bin ali, hidup 10 Tahun di Madinah sebagai warga sipil. dan wafat sebab bubuk racun istrinya, ju'dah binti Asy'ats bin Qays.
● Sumber : Tarikh ibnu katsir, Al-bidayah wan nihayah
Sejenak setelah prosesi pemakaman jenazah amirul mukminin ali bin abi thalib selesai, publik kufah yang memadati masjid kufah, dipelopori oleh Qois bin saad bin ubadah (gubernur basrah zaman khalifah ali) melantik mewisuda Hasan bin ali bin abi thalib resmi tampil menjadi pelanjut kekhalifahan : ia memimpin prosesi baiat yang sakral di dunia islam itu.
Moment berduka penuh isak tangis yang menyayat hati, tumpang tindih dengan kesadaran bahwa di kubu lain masih kokoh bertengger kelompok anti Ali , juga tau persis masih eksisnya anasir-anasir pemberontak yang masih terus mengancam dan disaat yang sama tetap harus ada pemimpin baru yang mampu mengawal laju ajaran-ajaran al-quran dan sunnah nabi, membuat suasana pembaiatan ini diselimuti rasa yang aneh : mencekam namun bahagia, indah sekaligus menakutkan dan rindu bercampur dengan kebencian yang dalam.
● Satu bulan jalannya pemerintahan Amirul mukminin Hasan bin ali bin abi thalib
================================================================
Daerah-daerah kaum muslim selain Kufah, basrah dan Azerbaijan yang tak sejalan dengan naiknya Hasan bin Ali bin abi thalib tampil menjadi khalifah :
~ Syam : kubu muawiyah
~ Kharuriyah : Kota kelompok Ahlul haq (Nafi' bin azraq dkk) lazim disebut dg istilah "kelompok khawarij"
~ Hijaz (Mekah - Madinah) : kelompok Abdullah bin zubair
ketiga kelompok ini bergerak sendiri-sendiri, mengusung visi yang sama dengan Kelompok kufah. yang paling kuat adalah kelompok Syam, kubu muawiyah : ia sudah menguasai seluruh mesir, armenia, palestina, israel, terusan Suez dll
Khalifah Hasan bin Ali bin abi thalib tentu saja tidak mampu berbuat banyak menaklukkan berbagai wilayah ini : ia tidak punya cukup amunisi, kekayaan dan pasukan untuk menggempur mereka. alih-alih dirinya, bahkan ayahnya pun dulu juga tak mampu menstabilkan seluruh wilayah, utamanya wilayah syam.
meskipun desakan untuk menggempur terus menerus dinyalakan oleh pendukungnya, yang dipelopori oleh Qois bin saad bin ubadah, khalifah hasan tetap keukuh menolak konfrontasi.
hingga tiga bulan lamanya,kemudian, Khalifah Hasan bin ali bin abi thalib memutuskan memulai menggempur kubu syam, kubu muawiyah bin abi sufyan, yang nyata-nyata telah memplokamirkan diri sebagai khalifah sejak masa tahkim daumatul jandal, 659 M itu serta bahwa orang-orang kubu muawiyah telah mendesak masuk ke wilayah kufah dan sekitarnya, merebut desa-desa sekitar kufah yang semestinya menjadi wilayahnya Khalifah Hasan bin Ali bin abi thalib. dan bahkan sudah mempunyai garnisun sendiri yakni kota maskin.
ini jelas tidak bsia dibiarkan!
ini sangat berbahaya!
ini harus segera dihadapi dan dibersihkan.
caranya?
● Ekspedisi Penggempuran ke Syam
================================
Qois bin saad bin ubadah, yang setia kepada khalifah Hasan bin ali sejak awal, yang terus menggelorakan perlawanan untuk kubu syam, kini menyediakan 12 ribu pasukan : ia memilih memutuskan bergerak langsung menusuk jantung pemerintahan Syam daripada menyerangi antek-antek kubu syam yang berkeliaran disekitar kufah. ini keputusan cerdas namun berbahaya!
Pasukan dibagi dua :
Dipimpin oleh khalifah hasan bin ali sendiri, pasukan ini berderap menuju Madain, wilayah kaya raya bawahan pemerintahan Syam ini menjadi target utama penaklukan. karena lokasinya yang strategis dan kekayaannya amat penting utk gaji tentara kufah serta pintu masuk arah lain yang bisa mengepung damaskus.
Sementara Qois bin saad bin ubadah dan ribuan pasukannya berderap menuju Syam secara lurus, menusuk langsung ke jantung pemerintahan muawiyah, sekakigus untuk mengalihkan perhatian pandangan pasukan syam dari gerakan pasukannya khalifah hasan bin ali.
perjalanan dua pasukan sudah sampai titik sasaran. kekacauan internal tiba-tiba meledak!
berhembus kabar bahwa Qois bin saad bin ubadah mendadak tewas dalam perjalanannya.
isu ini mengguncang pasukan Qois, kekisruhan menyelimuti para laskar, kebingungan garis intruksi melanda pasukan, antar sesama laskar tak lagi mufakat dan kehabisan ide : pasukan ekspedisi menusuk jantung kota ke Syam ini melarikan diri meninggalkan kesatuan, berhamburan sendiri-sendiri tak tentu arah.
Tak hanya sampai disitu!
isu ini menyebar hingga sampai ke telinga pasukan yang dipimpin oleh khalifah Hasan bin Ali di Mada'in. dengan pasukan yang hanya sedemikian, ekspedisi ini bukan lagi penaklukan, malah justru akan menjadi "misi bunuh diri" yang mustahil dilanjutkan.
ketegangan, kepanikan, kegundahan, silang pendapat dan musyawarah tak segera menemui titik mufakat : sebagian pasukan mulai pergi meninggalkan kamp-kamp militer secara sembunyi-sembunyi. sebagian yang lainnya bahkan mendesak khalifah hasan bin ali untuk segera menginstruksikan pasukannya untuk mundur. namun khalifah hasan tampaknya tetap menolak. dan ia pun akhirnya diserang oleh (mungkin) pasukannya sendiri (mukhtar ats-tsaqofi dkk).
Ath-thobari menulis :
“Suatu Hari ketika orang-orang menjarah kemah khalifah Hasan bin ali, Mukhtar ats-tsaqofi pergi ke rumah Sa’ad bin Mas’ud ats-tsaqafi (paman Mukhtar). Mukhtar ketika itu masih muda.
~ Mukhtar berkata kepada Sa’ad ; "Apakah engkau ingin memperoleh harta dan kemuliaan?"
● Saad menyahut ; "Bagaimana caranya?"
~ Mukhtar menjawab ; “Tangkaplah Hasan dan serahkan kepada Muawiyah. Mintalah apapun yang engkau inginkan! pasti akan dikabulkan”
● Saad berkata ; “Laknat Allah ke atasmu!
Alangkah kejinya dirimu! Bagaimana mungkin keturunan putri Nabi Muhamad akan saya serahkan kepada musuh!”
(Sa’ad bin mas'ud adalah gubernur kota Madain yang diangkat oleh khalifah Ali bin abi thalib dahulu, dan pada masa ini ia hidup hidup terhina karena dilengserkan oleh muawiyah, diganti dengan orangnya muawiyah.)
Ath-thobari dan banyak muarrikh lain mencatat : penjarahan pada kemah hasan bin ali bin abi thalib ini juga diiringi dengan upaya pembunuhan dengan sasaran khalifah Hasan. ia diserang sedemikian rupa, darah terus mengucur, luka pahanya cukup dalam karena dihantam dengan pacul oleh para penjarah.
● Perjanjian damai : 'Amul jama'ah عام الجماعة
======================================
Ekspedisi Dua Sayap gagal total, Khalifah Hasan bin Ali bin abi thalib kembali ke kufah, Kota Garnisun kaum muslim di Persia, diusung dengan tandu oleh orang setianya.
Masa-masa yang menyakitkan, menyedihkan, tak bisa berbuat banyak, dunia muslim yang dirasakan tak lagi sejalan dengan pesan kakeknya dan kehiduoan islam yang penuh kemunafikan ini begitu amat menyesakkan dada sang cucu yang tampan rupawan ini. sementara disaat yang sama, ia harus tetap melanjutkan kehidupan dengan antusias.
Tak ada pilihan lain lagi kecuali berdamai dengan Muawiyah!
Tahta Khalifah Amirul mukminin adalah "Tumbal dan Harga yang harus dibayarkan!"
~ dengan narasi teks bunyi perjanjian antara dua kubu yang berbeda-beda diantara para muarrikh namun beberapa diantaranya punya kesamaan, Al-baladzuri menulis ;
“Muawiyah mengirimkan kertas kosong yang berstempel kepada Imam Hasan bin Ali bin abi thalib untuk supaya beliau menuliskan apa saja yang diinginkannya dan Imam Hasan pun membubuhkan tulisannya :
“Ini adalah surat perjanjian damai antara Hasan bin Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan yang sepakat berdamai dan menyerahkan urusan (wilayah) kaum Muslim kepadanya. Dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Hendaknya Muawiyah bertindak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
2. Tidak melantik seseorang untuk menjadi khalifah dan setelahnya urusan khilafah diselesaikan dengan permusyaratan kaum Muslimin.
3. Orang-orang dimanapun berada, harta, jiwa dan anak-anaknya berada dalam keadaan aman.
4. Muawiyah tidak boleh merongrong (melaknat) imam Ali secara diam-diam ataupun terang-terangan atau menakut-nakuti pengikutnya.
Perjanjian ini disaksikan oleh :
~ Abdullah bin Harits
~ Amru bin Salmah
● Perjanjian damai ini ditentang oleh para pendukung Khalifah Hasan bin ali sendiri, yang dulu turut membaiat beliau. diantaranya adalah :
- Hujr bin Adi
- Adi bin Hatim
- Musayyab bin Nujabah
- Malik bin Dhamrah
- Sufyan bin Abi Dalil
- Basyir Hamadani
- Sulaiman bin Shurad
- Abdullah bin Zubair
- Abu Sa’id, Qais bin Sa’ad
Pada riwayat yang lain dikatakan, Husein bin ali bin abi thalib, adinda khalifah Hasan itu juga menentang perjanjian damai ini.
Pasca Perjanjian damai ini, Hasan bin ali bin abi thalib kembali ke Madinah diiringi Husein bin ali, hidup 10 Tahun di Madinah sebagai warga sipil. dan wafat sebab bubuk racun istrinya, ju'dah binti Asy'ats bin Qays.
● Sumber : Tarikh ibnu katsir, Al-bidayah wan nihayah
Komentar
Posting Komentar